Pada bulan Ramadan,
meski tampak teratur, ternyata pengeluarannya bisa lebih besar dari pada
bulan-bulan biasa, terutama untuk urusan makanan, dan juga persiapan
lebaran. Sebetulnya, kisah ini tidak harus berulang lho! Yuk, simak tips
berikut untuk mensiasati pengeluaran di bulan puasa, agar keuangan
tidak carut-marut.
1. Bagaimana menyiasati pengeluaran di bulan ramadan ini agar tidak menjadi ‘boros’?
Sumber
keborosan utama di Bulan Ramadhan adalah “lapar mata” saat berbelanja
untuk berbuka dan juga kebutuhan untuk memberikan bingkisan lebaran
untuk rekan kerja maupun kolega. Nah, banyak sekali
orang yang berani untuk gesek kartu kredit disana-sini, karena merasa
akan dapat Tunjangan Hari Raya alias gaji dobel. Sayangnya, gaji dobel
tapi pengeluaran bisa sampai tiga kali lipat bulan-bulan biasa!
Oleh
karena itu, salah satu cara paling ampuh untuk mensiasatinya adalah
membuat anggaran dan menyiapkan uang sesuai anggaran dalam
amplop-amplop. Anda hanya akan membuka amplop pada saatnya, yaitu setiap
minggu. Jadi, kalau persediaan uang di amplop menipis, Anda tidak punya
pilihan selain berhemat. Karena Anda tidak bisa merobek amplop untuk
minggu berikutnya.
2. Pos-pos pengeluaran seperti apa yang harus dibuat?
Kebutuhan
di bulan Ramadhan dan juga puncaknya saat Lebaran bisa sangat banyak.
Daftarnya panjang, antara lain biaya mudik, oleh-oleh atau hadiah buat
saudara dan kerabat, renovasi rumah, kue lebaran, baju, sepatu, aksesori
dan seterusnya.
Pada
saat bulan Ramadhan, usahakan tidak menaikkan uang belanja harian.
Jatah makan siang berubah menjadi jatah berbuka, sehingga sisanya tentu
tidak ada perubahan.Sedangkan
untuk Lebaran itu sendiri, prioritas pertama - kebutuhan terdekat –
antara lain misalnya memberikan THR kepada para pekerja di rumah seperti
pembantu rumah tangga, supir, pengasuh anak, dan mereka yang telah
membantu kita melakukan pekerjaan rumah tangga saat kita bekerja di
kantor. Bila kita mendapat THR dari tempat bekerja, mereka yang bekerja
untuk kita juga berhak lho mendapatkan THR.
Priotitas
kedua tentu saja menyiapkan makanan Lebaran. Bagi yang masih memiliki
orang tua atau saudara dekat di kampung halaman, maka anggaran untuk
mudik wajib disisihkan. Jangan lupa masukkan juga biaya oleh-oleh dan
bantuan untuk sanak saudara. Bila dananya tidak ada, maka Anda dapat
mengirimkan saja bantuan dana melalui transfer atau wesel. Mudik ke
kampung halaman? Bisa ditunda untuk liburan berikutnya. Selain bebas
dari kemacetan, umumnya harga kamar penginapan pun lebih murah saat
musim sepi.
Pakaian
baru, aksesoris dan hal-hal lain yang sifatnya kemewahan dapat ditunda
lho. Bila terpaksa juga harus membeli, prioritaskan untuk keperluan
anak-anak karena mereka sulit mengerti bila tidak mendapat barang baru.
Nah, kalau dananya memang cukup maka tidak ada salahnya membeli barung
baru untuk seluruh anggota keluarga.
3. Bagaimana
supaya kita tidak ‘lapar mata’ untuk membeli (misalnya makanan yang
belum tentu termakan, atau kebutuhan lebaran yang sebetulnya tidak
benar-benar diperlukan)?
Wah,
ini memang godaan standar orang berpuasa. Cara paling efektif tentu
saja dengan metode amplop yang sudah dijelaskan sebelumnya itu. Selain
itu, kurangi bepergian ke pusat perbelanjaan dan habiskan waktu untuk
mengaji dan beribadah.
4. Tips untuk ibu-ibu rumah tangga agar bijak mengatur keuangan di bulan Ramadan ini?
Penting
kita ingat bahwa jangan habiskan seluruh uang gaji dan THR hanya untuk
kebutuhan jangka pendek! Sisihkan juga minimal 10% untuk tujuan keuangan
yang akan jatuh tempo dalam 1 tahun sampai 3 tahun mendatang dan
minimal 5% untuk investasi masa depan.
Setiap penghasilan yang diterima, termasuk THR, harus dapat disisihkan untuk;
1. Zakat atau kegiatan sosial lain,
2. Assurance dalam bentuk dana darurat dan kebutuhan proteksi,
3. Present Consumption atau keperluan hidup saat ini (kebutuhan jangka pendek),
4. Future Spending atau tujuan keuangan jangka menengah,
5. Investment yaitu investasi masa depan.
Intinya, kuatkan persepsi perbedaan antara keinginan dengan kebutuhan Anda. Biasanya, selama bulan ramadhan, level keinginan lebih tinggi daripada kebutuhan. Kelemahan Anda inilah yang dimanfaatkan para pelaku bisnis untuk meraup untung sebanyak-banyaknya.
Ketatkan ikat pinggang biar kantong tak jebol dan masa depan lebih jelas :)
Selamat berbuka puasa :)
1. Prioritas kebutuhan
Buatlah catatan keperluan-keperluan penting Anda seperti beras, minyak,
gula, dll. Jika memungkinkan, beli dalam jumlah banyak sebagai stok
untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan agar mendapat harga lebih
ringan.
2. Mengatur menu
Buatlah daftar dan persiapkan menu-menu yang akan Anda hidangkan untuk
sahur dan berbuka agar mengurangi beli makanan diluar. Dengan cara ini,
selain lebih hemat, juga lebih sehat.
3. Menabung
Pengeluaran anda selama siang hari bisa sebaiknya ditabung. Misal, jika
biasanya menghabiskan Rp 20 ribu untuk makan siang, Anda bisa tabung
jumlah tersebut untuk keperluan yang mendesak.
4. Jaga hawa nafsu
Menjaga perasaan sabar tidak hanya selama menjalani puasa, tetapi juga
setelah selesai berpuasa. Maksudnya, umat mayoritas islam cenderung
mengeluarkan uang lebih banyak untuk berbuka puasa. Menuruti hawa nafsu
yang– sebagian bilang– “cuma lapar mata”. Padahal, berbuka puasa
sederhana dengan teh manis dan kurma sudah cukup.
5. Belanja lebih awal
Membeli kebutuhan ramadhan dan lebaran di jauh-jauh hari sebelumnya
karena semakin dekat hari raya, semakin tinggi biasanya harga-harga
melambung.
Read more at: http://ciricara.com/2012/07/23/ciricara-agar-pengeluaran-tak-boros-selama-ramadhan/
Copyright © CiriCara.com
Read more at: http://ciricara.com/2012/07/23/ciricara-agar-pengeluaran-tak-boros-selama-ramadhan/
Copyright © CiriCara.com
betul bgt tuw, biasanya low belanja ska lapar mata..
ReplyDeletepengeluaran lbh banya' dri pemasukan..
mungkin bsa di cba ne tipsnya..