Thursday, November 29, 2012

Pelanggan Yang Loyal

Apa arti penting sebuah pelayanan ? Begitu kita sudah melakukan aktivitas jual beli sebagai pelanggan, apakah ada rasa kepuasan yang diperoleh atas bentuk pelayanan yang diberikan?

Pelayanan yang memuaskan (excellent service) adalah bagian dari aktivitas bisnis. Tanpa pelanggan yang puas terhadap pelayanan yang diberikan niscaya bisnis yang dijalankan akan runtuh.


Yang menjadi pertanyaan, karena keterbatasan kreatifitas kita untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan, lantas apa yang bisa diperbuat untuk pelanggan kita? Video ini memberikan inspirasi:


Dari contoh yang ditayangkan oleh video tadi, jelas sudah bahwa pelayanan yang unik tidak memerlukan biaya yang besar. Selain diperlukan ketulusan hati memberikan pelayanan, prinsip "memberi" mutlak diperlukan, konsistensi juga jangan dilupakan.

Semoga hari ini kita memberikan senyuman yang tulus kepada pelanggan, orang tua, kekasih, anak dan teman-teman kita ya ;)




Read More

10 Hal Dasar Tentang Pemasaran Di Social Media

Saat ini, banyak merek sudah terjun ke media-media percakapan, seperti Twitter dan Facebook. Aktivitas pemasaran pun melebar ke kanal-kanal sosial tersebut. Diyakini, dan sebagian sudah terbukti, bahwa membangun kekuatan konten dan social media marketing bisa membantu merek mengelola basis pelanggannya dengan lebih gampang.

Namun, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh pengelola merek ketika terjun ke media sosial. Tidak boleh disamaratakan dengan aktivitas di offline, meskipun keduanya saat ini terintegrasi.

 


 Susan Gunelius, kolumnis Entrepreneur.com, memaparkan ada 10 hal yang mendasar tentang praktik Social Media Marketing.

Berikut sadurannya:

1. Prinsip Mendengarkan
Dalam media sosial, percakapan harus diutamakan. Percakapan adalah proses interaktif antara pemilik merek dan audiensnya. Dalam percakapan, hal paling penting adalah mendengarkan. Di sini, diharapkan pemilik merek lebih banyak mendengarkan ketimbang lebih banyak bicara. Membaca apa yang menjadi topik utama pembicaraan di kalangan audiens cukup penting dan baru kemudian bergabung dengan percakapan mereka.

2. Prinsip Fokus
Lebih baik menunjukkan spesialisasi tertentu ketimbang ingin memberikan banyak hal tapi tidak fokus. Dengan demikian, posisi merek akan semakin kuat. Konten yang disajikan juga harus fokus.

3. Prinsip Kualitas
Kualitas lebih penting daripada kuantitas. Lebih baik bila memiliki 1.000 koneksi yang membaca, membagi, dan membincangkan konten Anda dengan audiens mereka daripada 10.000 koneksi yang kemudian menghilang setelah kontak dengan Anda untuk pertama kalinya.

4. Prinsip Kesabaran
Kesuksesan konten pemasaran dan media sosial tidaklah dibangun dalam semalam. Butuh kesabaran. Tidak boleh juga melakukan langkah-langkah instan, seperti mendapatkan follower banyak dalam sekejap karena hal itu akan bersifat kontraproduktif. Membangun relasi yang mendalam dengan koneksi tidaklah mudah dan butuh waktu untuk berproses.

5. Prinsip Integrasi
Bila Anda mempublikasikan sesuatu yang berkualitas, menarik, dan kemudian membuat audiens Anda membagikannya kepada audiensnya masing-masing, hal ini sangat menguntungkan. Apalagi mereka akan membagikannya di kanal-kanal sosial lainnya, seperti Twitter, Facebook, LinkedIn, blog, dan sebagainya. Dengan banyaknya sharing dari audiens dan juga diskusi tentang konten tersebut, membuat konten Anda memiliki keterbacaan lebih tinggi di mesin pencari, seperti Google.

6. Prinsip Pengaruh
Anda harus bisa dengan telaten memilih audiens yang memiliki daya pengaruh besar bagi audiens lainnya. Ini yang disebut dengan influencers. Perlu meluangkan waktu untuk menemukan mereka yang sungguh peduli dan minat pada produk, layanan, maupun bisnis Anda. Bangun komunikasi kontinu dengan mereka.

7. Prinsip Nilai
Bila Anda hanya membincangkan soal produk dan layanan Anda di media sosial, para audiens Anda kemungkinan besar akan meninggalkan Anda, cepat maupun lambat. Anda harus bisa memberikan nilai tambah dalam setiap percakapan. Jadikan akun Anda di media sosial sebagai sumber nilai bagi audiens Anda, apa pun jenis nilainya. Jangan lupa menggandeng para influencer Anda untuk memasarkan nilai-nilai tersebut.

8. Prinsip Pengakuan
Pengakuan itu penting dalam relasi di era media sosial seperti sekarang. Sebab itu, agar bisa diakui dalam komunitas online, Anda juga harus bisa memberikan kepercayaan kepada mereka. Selain itu, jangan sungkan-sungkan juga memberi pengakuan kepada siapa saja yang berhubungan dengan Anda di media sosial.

9.Prinsip Aksesibilitas
Aksesibilitas penting sebagai bukti Anda benar-benar hadir dalam komunitas audiens Anda. Jangan pernah mempublikasikan suatu konten lalu Anda menghilang. Tunjukkan dengan respons dan komunikasi interaktif dengan mereka. Selain itu, Anda harus bisa hadir dan menunjukkan

10. Prinsip Timbal Balik
Percakapan harus interaktif di media sosial. Saling mendengarkan dan berbagi. Percakapan tidak bisa lagi dilakukan secara satu arah seperti layaknya iklan-iklan di televisi. Interaksi menjadi penanda bahwa Anda peduli dengan audiens Anda dan tidak hanya memikirkan merek maupun bisnis Anda sendiri.

SUMBER
Read More

Friday, November 16, 2012

Empati, Mi Instan & Harapan

"Hidup tak selezat mi instan..." - Anonym

Siapa yang tak suka dengan hal yang instan ? Contohnya, kaya mendadak karena lotre, dapat warisan entah darimana datangnya, atau menjadi artis idola lewat jalur kompetisi dan hal-hal instan lainnya yang tak bisa disebutkan semuanya.

Semua hal instan tersebutselain dapat menghemat waktu, tenaga, materi dan lain-lain, memang sudah menjadi bagian dari sifat manusia untuk menyukai proses instan.

Nah, siapa yang suka mi instan ? Saya juga suka kok. Selain mudah penyajiannya, aroma yang menggoda dan rasanya yang lezat memang sengaja dirancang agar membuat kita puas dengan mi instan. Tahukah Anda informasi kesehatan tentang min instan yang biasa beredar di pasaran ?

Saya pastikan Anda juga bisa mencari artikel tentang bahaya dari memakan mi instan secara intens. Dampaknya bisa memicu kanker, usus di potong, dan lain sebagainya.

Tapi di beberapa lapisan masyarakat khususnya ekonomi lemah, mi instan justru menjadi pelipur lara perut yang kosong. Bayangkan, dengan uang seribu Rupiah saja sudah bisa menikmati seporsi mi instan setara dengan sepiring nasi untuk mengganjal perut. Layaknya, mi instan hanyalah sebagai makanan darurat saja sebagai pengganti makanan utama.

Empati

Tidak bisa dipungkiri, sebenarnya mi instan lebih di asosiasikan dengan makanan si jelata. Jelata bagi keluarga kurang mampu, mahasiswa berkantong tipis, dan seperti saya yang harus berhemat untuk biaya hidup setelah akad nikah, hehehehehehe...

Mari kita berhitung dulu ya. Jika dalam sehari kita makan 3 kali sehari dengan hitungan per sekali makan habis uang Rp 10.000/ porsi/sekali makan dengan minum hanya air putih masak, maka dalam sebulan habis biaya makan hingga rata-rata Rp 900.000/bulan.

Jika dengan makan mi instan hanya habis biaya Rp2.500/ porsi/ sekali makan dengan asumsi sehari 3 kali makan dan minum air putih masak, maka dalam sebulan hanya habis Rp 225.000/ bulan. Bandingkan perbedaan angka 900.000 dengan 225.000. Perbedaan angka yang fantastis jika dilihat dari sisi rakyat jelata.

Harapan

Bukan tanpa alasan memindahkan kebiasaan sehat menjadi makan-makanan instan yang murah. Saya setuju dengan Anda dengan jawaban alasan PENGHEMATAN. Alasan klasik seperti gaji tanggal 1 sudah koma alias gaji sudah tak cukup untuk menutupi kebutuhan pokok padahal baru tanggal muda, alasan menabung untuk investasi masa depan, atau alasan-alasan yang lain.

Bukan berarti para mahasiswa harus dipaksa untuk tidak makan mi instan kalau toh juga biaya pendidikan makin mahal. Tapi itulah korelasinya jika biaya pendidikan makin tinggi, sudah seharusnya makin mengencangkan ikat pinggang dan memberi isi perut dengan mi instan.

Bukan berarti dengan paksaan ekonomi makin banyak warga pinggiran makin memfavoritkan makan mi instan dan traditional dry rice ( nasi aking) sebagai dampak makin sulitnya mendapatkan penghidupan yang layak di negeri sendiri.

Empati & Harapan

Apakah arti empati bagi kita semua jika ada tetangga di sebelah masih harus menahan lapar? Apakah kita masih sanggup menggantungkan harapan dari berseliwerannya mobil box mi instan yang sedang mendistribusikan mi instannya ? Atau, masihkah kita harus miskin dengan makanan pokok mi instan ?

Ditengah saudara-saudara kita yang masih mengkonsumsi pangan mi instan, masih ada harapan untuk perjuangan penghidupan layak , seperti pendidikan yang terjangkau, menjadi pasangan yang harmonis yang tak cekcok dengan masalah dapur keuangan, dan kesehatan yang layak walaupun  menapaki proses yang tak instan pula akan cita-cita masing-masing individu dan kolektif.

"Tulisan ini sebagai renungan sebelum liburan"



Read More

Monday, November 5, 2012

Secercah Kemandirian

Hari ini saya masih diberi kesempatan untuk menulis blog kesayangan yang satu ini. Alhamdulillah ya,hehehehe...

Sudah 26 tahun saya masih numpang di planet bernama bumi hanya untuk sekedar mencari pembenaran salah satu hal penting dalam hidup kita yaitu makna kemandirian.

Kita ambil contoh sederhana, seseorang yang rela untuk meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke daerah lain untuk penghidupan yang layak bisa dipastikan akan lebih terpacu semangat bertahan hidup misal bekerja dengan sungguh-sungguh karena pekerjaan tersebut yang menjadi sumber penghidupan satu-satunya.

Apakah kita harus menjadi perantauan agar terbentuk mental mandiri ?

Tidak juga. Contoh lain seperti berusaha menjadi pedagang/ pengusaha di bumi tempat kaki berpijak juga termasuk langkah menuju kemandirian kok. Mandiri dalam hal finansial lho.

Terus, gimana dong supaya menjadi mandiri ? "Malu dong kalau mandi aja masih di mandiin ama emak.." celoteh anak-anak zaman sekarang. Makanya, baca terus artikel saya ini ya.

Menjadi Mandiri

Sedikit berbagi pengalaman saya berbincang dengan tukang becak bermotor langganan. Kita sebut saja pak Marbun namanya. Beliau semasa masih remaja sudah berprofesi menjadi tukang becak dayung. 30 tahun kemudian becaknya sudah memiliki mesin sehingga berprofesilah menjadi tukang becak motor yang setia mengantarkan para penumpangnya menuju alamat yang ditujukan. Ya, sekarang beliau di usia senja masih setia dengan profesinya sebagai veteran tukang becak ditemani seorang istri yang selalu setia dengan pak Marbun. Sampai sekarang tetap setia untuk menyisihkan sebagian pendapatan untuk pembangunan gereja ditempat pak Marbun biasa beribadah walaupun dalam nominal sangat kecil.

Cerita lainnya adalah kawan saya yang sudah bekerja sebagai pegawai swasta dengan posisi yang layak dan mendapatkan gaji yang pas untuk menghidupi dirinya sendiri, tapi masih terus saja mengeluh dengan setumpuk masalah kerjaan kantoran yang selalu mengganggu psikisnya dan terus menerus merasa tidak puas dengan gaji yang diterimanya tiap bulan. Alhasil, gajinya pun habis untuk sekedar entertainment/ liburan.

Ada juga seorang teman saya juga yang ditinggal meninggal kedua orang tuanya, kemudian terpuruk dalam kemiskinan. Berkat kemampuannya untuk bangkit dari keterpurukan mental, akhirnya sekarang sukses menjalani bisnis ponsel di kotanya, walaupun semasa masih merintis usaha ponselnya, saudara-saudaranya menganggap sebelah mata karena teman saya ini dianggap tidak kompeten berbisnis. Nyatanya, beliau sekarang termasuk dalam jajaran pengusaha yang patut diacungi jempol oleh berbagai kompetisi wirausaha seperti wirausaha muda mandiri. Setiap hari terus dibiasakannya untuk bersedeqah kepada yang berhak sebagai wujud empati susahnya hidup seperti yang pernah ia rasakan juga.

Nah, apa arti kemandirian dari ketiga cerita tadi ? Menurut saya adalah :

1. Totalitas

Totalitas / kesungguhan kita menjadikan diri sebagai pribadi yang sangat pantas akan profesi yang kita jalani saat ini adalah salah satu kunci utama kemandirian. Totalitas muncul jika kita mencintai pekerjaan/ kehidupan kita. Kesungguhan kita dengan pekerjaan saat ini, menunjukkan kita mandiri secara persepsi bahwa kita bekerja seolah-olah pekerjaan tersebut adalah perjuangan hidup dan mati. Andaikan besok Anda akan mati, tentunya hari ini Anda akan sangat bersungguh sungguh berbuat baik dengan sesama dan begitu khusyuk beribadah, bukan ? Dengan totalitas, kita dianggap loyal dan berdedikasi lho.

2. Persepsi yang benar

Pada cerita pegawai swasta di atas, menunjukkan bahwa dia mandiri secara finansial, tapi masih bermanja-manja dengan entertainment (hura-hura) sebagai pelampiasan ketidak puasan dengan kondisinya saat itu. Kita tidak harus menjadi mandiri semudah membalikkan telapak tangan. Perlu proses pembelajaran agar memiliki pandangan hidup (persepsi) yang benar seperti semula mandiri secara finansial, kemudian mandiri secara kejiwaan, naik tingkat lagi menjadi mandiri dalam hal berpikir objektif sehingga tercapai kemandirian secara utuh. Terus membenahi cara berpikir juga termasuk proses menuju kemandirian berpikir.

3. Berpikir cerdas

Pikiran adalah pelita harapan. Semboyan ini benar adanya. Bayangkan apabila suatu pekerjaan dikerjaan ala orang bodoh. Tentu hasilnya buruk bukan ? Meningkatkan kualitas diri melalui membaca, mengikuti forum diskusi hingga menjadikan diri pribadi yang layak disebut mandiri secara intelejensia.

4. Syukur

Nilai tertinggi bahkan (menurut saya) tidak semua orang bisa melakukannya adalah syukur. Lihatlah kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah tapi rakyatnya masih miskin. Ini adalah tanda kita masih belum mandiri karena kurang bersyukur kepada Tuhan yang Maha Memiliki. Arti syukur adalah kita mampu dekat dengan Tuhan seperti taat dengan aturan yang digariskan Tuhan sehingga apapun kehidupan yang dijalani tentunya menunjukkan kemandirian secara spiritual. Syukur juga dapat membentengi diri dari sikap gampang menyerah, karena dengan bersyukur kita menjadi optimis besok akan lebih baik daripada hari ini. Sudahkah kita bersyukur untuk hari ini karena masih diberi kesempatan membaca artikel blog saya ini ? hehehehehe

Kesimpulan

Menjadi pribadi yang mandiri adalah dambaan bagi orang-orang pemberani, dinamis dan siap menerima kesuksesan. Tak lagi berpangku tangan, mampu bekerja sendiri adalah definisi kuno tentang arti kemandirian. Mandiri adalah serangkaian sistem pendukungnya yang bekerja secara harmoni seperti totalitas, berpikir cerdas, memiliki persepsi hidup yang tepat dan rasa syukur.

Ini adalah definisi mandiri menurut saya. Bagaimana dengan Anda ?

"Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.“







Read More

About Me

Designed ByBlogger Templates-Blogger Tips